Senin, 18 Februari 2019

Loyalitas TIM

Kang Rendy Business Notes

**********

Sungguh nikmat jika memiliki tim yang loyal. Ditengah ketatnya persaingan di alam bisnis, memiliki tim yang energik dan kreatif pastilah sebuah dambaan.

Loyal itu mau bekerja memberikan yang terbaik. Dorongannya bukan lagi gaji atau insentif, dorongan dirinya sudah karya dan prestasi. Motivasi bukan lagi materi, tapi sudah sampai pada tahap aktualisasi.


Isi hati mereka berbunyi,

Apa yang Saya bisa torehkan dalam hidup Saya yang singkat ini?

Apa yang Saya bisa berikan pada organisasi bisnis?

Dampak apa yang Saya bisa torehkan ke masyarakat dengan profesi yang Saya jalani?

Apakah yang Saya lakukan ini cukup berarti bagi masyarakat?

Apakah kerja yang Saya lakukan pada hari ini punya makna atau tidak?

Itulah apa yang ada didalam fikiran orang-orang hebat. Maka ketika seorang pengusaha ingin membentuk tim kerja yang loyal, janganlah semata-mata berfikir bahwa setiap orang pasti "cuma mikir duit".

Uang itu penting. Ia adalah daya dukung kehidupan tim Anda. Tapi gaji dalam bentuk uang hanya berbicara tentang menjaga kebutuhan agar tim tetap bisa beroperasional di kehidupannya. Disesuaikan dengan posisinya. Sekedar itu. Gaji sama sekali tidak bisa membeli hidup seseorang.

Maka uang sebenarnya sama sekali tidak bisa mendorong energi terbaik dalam diri seseorang. Berapa banyak perusahaan yang menggaji besar orang-orang hebat, tapi tak kunjung ada hasil yang memadai?

Lalu betapa banyak sosok-sosok mulia yang bekerja di dunia sosial tanpa gaji, mereka tetap menghadirkan energi terbaik, kerja terbaik, tanpa digaji sepeser pun.

Ini adalah bukti bahwa teori motivasi dari uang sudah usang. Di dunia 4.0 ini, kita harus beranjak pada motivasi akan makna kerja. Gak sekedar gaji dan fasilitas.

*****

Beranjak dari pemikiran diatas, maka kita juga bisa melakukan cara berfikir terbalik. Mengapa didalam sebuah organisasi yang tak punya makna, orang-orangnya tetap bertahan?

Perusahaan yang tidak tumbuh.
Organisasi yang tidak jelas sistemnya.
Entitas yang sepi apresiasi.
Gerak bisnis yang gak punya arah.
Kepemimpinan yang plin plan.
Tidak ada program untuk pengembangan SDM.

Lalu mengapa di perusahaan seperti ini, masih ada orang-orang yang bertahan?

Ya karena bisa jadi di organisasi tersebut hanya dipenuhi oleh orang-orang yang hanya bertahan hidup. Menelan semua pil pahit yang ada. Karena memang sudah tidak punya hasrat apa-apa lagi. Dan juga tidak punya pilihan lain. Harus kemana jika tidak di perusahaan Anda.

Orang-orang seperti bercirikan :

Tidak ada hasrat berprestasi, ide mentok ya masa bodo, yang penting dapat gaji.

Tidak ada hasrat untuk berinovasi, saluran gagasan mampet, ya untuk apa diperjuangkan, kalo pun berhasil juga gak nambah gaji. Mending diam. Yang penting bisa makan. Gaji cukup buat bayar KPR dan leasing mobil. Aman. Gak usah banyak inovasi.

Tidak ada hasrat untuk bersaing, karena walaupun perusahaan memgalami penurunan tajam, semua juga tetap dapat gaji. Untuk apa rajin-rajin? Untuk apa canggih-canggih? Yang kemarin canggih-canggih juga akhirnya diberhentikan BOD karena terlalu kritis.

Itulah yang jarang difikirkan oleh para pengusaha. Ada jebakan perasaan hebat karena masih ada orang-orang setia. Padahal kesetiaan ini muncul atas sikap oprtunis yang sebenarnya menggerogoti perusahaan.

Maka adanya SDM setia saja tidak cukup. Kita harus berfikir mengapa orang-orang ini tetap setia?

Perenungannya perlu mendalam.

*****

Sosok agresif dalam karya tidak akan membiarkan dirinya sekedar digaji buta tanpa pencapaian.

Anak-anak muda dengan mimpi pencapaian tinggi tidak akan tunduk dengan status quo yang menghambat laju pertumbuhan perusahaan. Mereka tidak mungkin berinvestasi waktu pada tempat yang salah.

Para profesional berkelas tidak mungkin betah hanya makan gaji buta tanpa adanya perubahan yang bisa dilakukan.

Loyalitas sosok-sosok berkualitas pasti selalu memikirkan pemaknaan yang ada didalam hatinya, bukan hanya sekedar gaji.

Sedangkan SDM yang niatnya cari hidup, pastilah cari aman dari berbagai tantangan perubahan. Lebih baik memilih jadi karyawan manis, diam ikuti kemauan atasan, asal bos senang, mendiamkan kerusakan, memastikan semuanya tenang, walau perusahaan bobrok gak karuan.

Semoga menjadi perenungan kita semua. Mari bangun organisasi bisnis yang memberi makna.

****

_Silahkan copaste dan forward tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga manfaat_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar