Analisis
Pemrosesan Paralel Untuk Kompresi Video Pada Jaringan Komputer Berbasis Ipv6
Haruno Sajati, Yenni Astuti, Chatrine Hernanda Octaviana.
Rumusan Masalah
Data
multimedia memiliki ukuran yang relatif besar dibanding data teks. Sebuah file
dengan format video yang memiliki durasi 183 detik dan ukuran frame hanya
400x320 pixel saja dapat memiliki ukuran 8 Mega Byte (MB).
Hal
ini jelas menjadi kendala yang harus dihadapi untuk dapat mentransmisikan file
tersebut di internet. Bermacam cara dilakukan untuk manipulasi data
multimedia agar data tersebut dapat dikecilkan salah satunya dengan mengompres.
Permasalahan baru muncul yaitu beban komputasi yang diperlukan untuk mengompres
file tersebut tidak kecil. File video harus diparsing menjadi
sejumlah frame gambar kemudian mengurangi ukuran gambar tersebut dan
menyatukan kembali (merge) menjadi file video utuh. Hal ini
memerlukan mesin high-end seperti server dengan spesifikasi yang tinggi
yang tentu saja sangat mahal. Maka pada penelitian ini dibangun sebuah aplikasi
berbasis web yang mengimplementasikan konsep pemrosesan paralel untuk
mengompres file video dengan software FFmpeg pada jaringan
berbasis Internet Protocol version 6 (IPv6). Teknologi IPv6 dipilih
mengingat teknologi ini sedang berkembang dan diprediksikan akan menggantikan Internet
Protocol version 4 (IPv4) yang alamatnya semakin menipis dan sarat
kekurangan dalam hal kualitas.
Kontribusi Penulis
Pada Penelitian ini, penulis memanfaatkan IPv6 sebagai media transfer data yang akan diterapkan pada server parallel untuk melakukan proses kompresi pada video. pada jurnal ini menjelaskan bagaimana memanfaatkan dan hasil uji coba dari proses kompresi menggunakan server parallel dengan IPv6.
Metode Penelitian
Metode
kompresi video pada penelitian ini memanfaatkan codec standard H.264. Standar
H.264 merupakan salah satu standar kompresi video yang dalam hal fleksibilitas
kompresi data visual, lebih menitikberatkan pada efisiensi dan reliabilitas
kompresi frame video. Standar H.264 di publikasikan oleh International
Telecommunications Union (ITU-T) untuk mendukung aplikasi komunikasi video dua
arah (konferensi video maupun video telephony), coding untuk broadcast video
berkualitas tinggi dan video streaming melalui jaringan internet.
Untuk
menghitung kinerja kompresi video suatu algoritma kompresi perlu mempertimbangkan
dua parameter berikut yaitu:
a. Rasio Kompresi
Perbandingan
antara ukuran file asli terhadap ukuran file hasil proses
kompresi. Nilai rasio kompresi menunjukan berapa kali kehandalan hasil kompresi
yang dicapai dalam suatu proses kompresi. Semakin besar nilai faktor kompresi
maka hasil kompresi semakin memuaskan. Namun nilai rasio kompresi ini
berbanding terbalik dengan kualitas hasil kompresi. Sehingga dapat diartikan
bahwa semakin tinggi nilai rasio kompresi maka kualitas hasil kompresi tersebut
akan semakin menurun. Perhitungan nilai rasio kompresi dapat dirumuskan pada
persamaan 2.1.
Gambar
1. Activity diagram aplikasi “shrink it”
b. Persentase
Penghematan
Persentase
dari perbandingan antara selisih ukuran file dari sebelum proses kompresi dan
sesudah proses kompresi dengan ukuran file sebelum proses kompresi. Angka
persentase penghematan menunjukan seberapa besar penghematan yang dicapai dalam
suatu proses kompresi, semakin besar persentase maka hasil kompresi semakin
memuaskan. Penghitungan nilai persentase penghematan video tersebut menggunakan
persamaan 2.2.
Keterangan:
PP = Persentase penghematan (%)
A = ukuran file video hasil
kompresi (MB)
O = ukuran file video asli (MB)
Skema
dasar jaringan komputer yang akan dibangun dalam perancangan aplikasi “Shrink
it” dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar
2. Skema jaringna komputer yang digunakan
Hasil dan Pembahasan
Untuk
mengukur kinerja pemrosesan paralel yang diajukan pada penelitian ini, diperlukan
perhitungan atas kedua parameter berikut ini:
a. Speed Up (SU)
Speed up adalah
peningkatan kecepatan suatu proses yang diperoleh dalam meggunakan teknik
paralel. Semakin besar nilai speed up juga dapat diartikan kinerja yang diperoleh
dari pemrosesan paralel lebih cepat daripada pemrosesan secara serial. Penghitungan
nilai speed up tersebut menggunakan
persamaan 2.3.
Keterangan:
S(p)=
nilai speed up
ts = waktu pemrosesan sekuensial (s)
tp = waktu pemrosesan paralel dengan p
prosesor (s)
b. Nilai Efisiensi
(NE)
Dalam
mengukur kinerja suatu sistem paralel, efisiensi tidak dapat dipisahkan dari speed
up. Dari definisi speed up tersebut, lahir nilai efisiensi, E(p),
untuk sistem dengan sejumlah p-prosesor. Perhitungan nilai efisiensi
didefinisikan pada persamaan 2.4.
Keterangan:
E(p) = nilai efisiensi (%)
ts = waktu pemrosesan sekuensial (s)
tp = waktu pemrosesan paralel dengan
p-prosesor (s)
p = jumlah prosesor yang digunakan
Dapat
dilihat bahwa efisiensi merupakan indikator atas tingkat kinerja speed up yang
dicapai dibandingkan dengan nilai maksimum yang dapat dicapai. Dari
persamaanpersamaan di atas dapat dilihat bahwa 1 ≤S(p)≤ , dan 1/ ≤E(p)≤
1. Efisiensi maksimum terjadi saat seluruh kode program dijalankan secara
sekuensial pada satu prosesor, dan efisiensi terendah dicapai saat seluruh kode
program dijalankan pada sejumlah -prosesor.
Pada
perhitungan nilai speed up dan nilai efisiensi terdapat variabel waktu
komputasi pemrosesan serial maupun paralel, dimana data tersebut diambil dari
rata-rata waktu tiga kali uji coba proses kompresi. Waktu komputasi yang
dihasilkan adalah lamanya proses komputasi yang dilakukan hingga menghasilkan
suatu citra yang terkompresi.
Setelah
analisis kinerja kompresi dari data hasil uji coba kompresi video secara
sekuensial, selanjutnya adalah uji coba kompresi video secara paralel.
Berdasarkan pengukuran waktu proses kompresi aplikasi “Shrink it” terhadap
kelima data uji diatas, dapat dihitung nilai Speed up (SU) dan
Nilai Efisiensi (NE) setiap kompresor. Data parameter kinerja pemrosesan
paralel aplikasi Shrink it dari data hasil uji coba pada jaringan IPv6
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Data hasil uji coba aplikasi shrink it pada
jaringan IPv6
Dari
data hasil uji coba dapat diketahui bahwa nilai SU yang dapat dicapai oleh
kompresi paralel dibandingkan dengan kompresi sekuansial berkisar antara 1,1
sampai dengan 2. Nilai SU maksimal dicapai oleh kompresi paralel dengan 4
server kompresor. Sedangkan nilai efisiensi masing-masing kompresor berkisar
antara 39.64% sampai dengan 74,54%.
Analisis
yang dapat ditarik dari paparan data diatas adalah kecepatan waktu komputasi
berbanding lurus dengan jumlah server kompresor yang digunakan dalam proses
kompresi. Semakin banyak server kompresor yang digunakan maka waktu komputasi
yang dibutuhkan untuk mengompres data video semakin cepat. Hal ini terlihat
pada grafik 1 bahwa kompresi video dengan menggunakan empat kompresor hampir
mencapai dua kali lebih cepat dari kompresi video sekuensial.
Grafik 1. Grafik Hubungan Jumlah Kompresor dan
Rata-Rata Nilai Speed Up
Beban
komputasi juga dapat diamati dari nilai efisiensi tiap prosesor saat proses
kompresi baik pada jaringan IPv6. Grafik perbandingan rata-rata nilai efisiensi
tiap prosesor akan dipaparkan pada
grafik 2.
Grafik 2. Grafik Hubungan Rata-Rata Nilai Efisiensi
dan Jumlah Kompresor
Pada
uji coba penelitian juga dilakukan kompresi rekursif tehadap data uji 3 dengan
ukuran awal data sebesar 92 MB. Pengujian ini dilakukan untuk menguji teknik
kompresi yang digunakan. Setelah proses kompresi pertama dilakukan, dan user
mendapatkan output video kompresi. Video keluaran tersebut menjadi
data masukan untuk proses kompresi yang kedua. Peneliti menyebut proses ini
dengan kompresi rekursif. Kompresi akan terus dilakukan sampai proses kompresi
tidak memberikan efek kompresi terhadap data input. Pengujian kompresi
rekursi ditunjukkan pada grafik 3.
Berdasarkan
pada grafik 3, setelah proses kompresi keempat, sistem tidak mampu menyusutkan
ukuran file input. Hal ini dikarenakan kompresi video merupakan teknik
kompresi lossy. Dimana teknik kompresi lossy mengalami generation
loss jika melakukan berulang kali proses kompresi, yang akan mengakibatkan file
kehilangan kualitas secara progresif. Maka dari itu, file hasil kompresi
keempat sudah tidak dapat dikompres lagi.
Grafik 3. Grafik Kompresi Rekursif pada file 3
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengujian dari bagian sebelumnya, peneliti dapat menjabarkan beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Konsep
paralel yang diimplementasikan ke sistem kompresi video pada jaringan IPv6
berhasil mempersingkat waktu kompresi dengan rata-rata nilai speed up sebesar
1,21 kali dengan dua kompresor; 1,39 dengan tiga kompresor dan 1,81 kali dengan
empat kompresor. Adapun tingkat efisiensi prosesor sebesar 60% dengan dua
kompresor, 46% dengan tiga kompresor, dan 45% dengan empat kompresor.
2. Kinerja
teknik kompresi pada penelitian ini berhasil dengan rata-rata rasio kompresi
sebesar 4,06 kali dan rata-rata persentase penghematan 73,47%.
3. Sebuah
file video akan mengalami generation loss atau kehilangan kualitas
apabila dilakukan proses kompresi sebanyak empat kali.
4.
Kualitas video hasil kompresi paralel sama dengan video hasil kompresi tunggal
karena perintah codec yang digunakan sama. Namun ukuran video hasil
kompresi paralel bisa berbeda dengan video hasil kompresi tunggal.
5.
Penggunaan komputasi paralel hanya akan efektif untuk data dengan ukuran lebih
dari 60 MB, karena pemrosesan
paralel ditujukan untuk pemrosesan data rumit maupun besar.
6. Semakin banyak jumlah mesin kompresor
yang digunakan, maka waktu kompresi semakin cepat. Hal ini dilihat dari
penggunaan kompresi
Future Work
Future work yang dapat dilakukan pada
penelitian ini adalah mengelola traffic jaringan internet yang digunakan
sehingga beban pada tiap server mampu dikelola
dengan baik.
===================================================================
Pemrosesan Parallel untuk kompresi video
Pemrograman paralel adalah teknik
pemrograman komputer yang memungkinkan eksekusi perintah/operasi secara
bersamaan (komputasi paralel), baik dalam komputer dengan satu (prosesor
tunggal) ataupun banyak (prosesor ganda dengan mesin paralel) CPU. Bila
komputer yang digunakan secara bersamaan tersebut dilakukan oleh
komputer-komputer terpisah yang terhubung dalam suatu jaringan komputer lebih
sering istilah yang digunakan adalah sistem terdistribusi (distributed computing).
Tujuan utama dari pemrograman
paralel adalah untuk meningkatkan performa komputasi. Semakin banyak hal yang
bisa dilakukan secara bersamaan (dalam waktu yang sama), semakin banyak
pekerjaan yang bisa diselesaikan. Analogi yang paling gampang adalah, bila anda
dapat merebus air sambil memotong-motong bawang saat anda akan memasak, waktu
yang anda butuhkan akan lebih sedikit dibandingkan bila anda mengerjakan hal
tersebut secara berurutan (serial). Atau waktu yg anda butuhkan memotong bawang
akan lebih sedikit jika anda kerjakan berdua.
Performa dalam pemrograman paralel
diukur dari berapa banyak peningkatan kecepatan (speed up) yang diperoleh dalam
menggunakan tehnik paralel. Secara informal, bila anda memotong bawang
sendirian membutuhkan waktu 1 jam dan dengan bantuan teman, berdua anda bisa
melakukannya dalam 1/2 jam maka anda memperoleh peningkatan kecepatan sebanyak
2 kali.
Berikut adalah salah satu
percobaan kompresi video secara parallel :
Link Contoh Aplikasi :
Source Code :
Gambar 1. Proses pembagian frame untuk
dikompresi
Gambar 2. Proses penyatuan kembali untuk
menghasilkan video jadi
Gambar 3. Hasil video setelah kompresi
Analisis
dan Kesimpulan :
Setelah
melakukan eksekusi sebanyak 2 kali aplikasi pemrosesan kompresi video secara
parallel didapatkan hasil sebagai berikut :
Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
parallel mengkatkan kecepatan dalam melakukan kompresi video, namun tidak
terlalu signifikan pada hasil kompresi. Dari data yang didapat dengan serial
diperoleh kecepatan tercepat sekitar 78 detik sedangkan dengan parallel
diperoleh kecepatan tercepat sekitar 56 detik.
sumber :
http://stta.ac.id/data_lp3m/ANALISIS%20PEMROSESAN%20PARAREL%20UNTUK%20KOMPRESI%20VIDEO%20PADA%20JARINGAN%20KOMPUTER%20BERBASISIPV6.p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar